Ibu adalah Panutanku

07 December 2018

Saya tertarik membaca ungkapan hati Dena Dyer tentang ibunya. Ia menulis, “Ibu belum pernah ikut lari maraton, namun tengah malam ia bisa lari ke toko membeli obat ketika aku sakit. Ibu belum pernah bekerja di luar rumah, namun ia menjadikan rumah kami seperti oasis. Ibu adalah panutanku. Ibu menyeka begitu banyak air mata ketika aku menghadapi masalah dengan anak laki-laki, menenangkanku ketika aku bermimpi buruk, dan melantunkan ribuan doa untukku. Aku sudah berkali-kali memberi tahu ibu: dialah pahlawanku. Aku tersenyum senang jika orang berkata aku mirip ibuku karena aku tidak ingin mirip siapa pun di dunia ini selain ibuku.” 

Berapa sering anak kita memberikan pernyataan yang tulus dengan menyebut ibunya sebagai orang yang berbahagia? Bukan pernyataan yang dibuat-buat, melainkan lahir dari pengalaman anak dalam kehidupan rumah tangga, dalam melihat sikap dan perilaku seorang ibu di tengah keluarga. Penulis kitab Amsal menyebutkan bahwa istri yang takut akan Tuhan merupakan modal penting dalam rumah tangga yang berbahagia. Ia menjadi kebanggaan dan membangkitkan sukacita bagi suami dan anak-anaknya.

Sungguh besar peran seorang ibu di tengah-tengah keluarga kita. Mereka dipanggil Tuhan menjadi penolong bagi suami dan ibu bagi anak-anak mereka. Ketika badai menerpa perahu kehidupan rumah tangga, para ibu diharapkan tetap berdiri dengan iman yang teguh, mendukung sang suami dan menenangkan anak-anak. Mari kita meluangkan waktu untuk berdoa bagi para ibu.

PEREMPUAN YANG CAKAP DAN TAKUT AKAN TUHAN
MENDATANGKAN BERKAT BAGI SUAMI DAN ANAK-ANAKNYA

Samuel Yudi Susanto / RH