Curiga, perlu berlebihankah ?

18 September 2018

Dalam novel Arok Dedes karya Pramoedya Ananta Toer, dikisahkan bahwa salah satu titik kehancuran Tunggul Ametung, penguasa Tumapel, adalah kecurigaannya yang berlebihan kepada bawahan. Akibatnya, ia mengambil berbagai keputusan yang tidak bijaksana. Dan kendali atas seluruh perangkat pemerintahannya pelan-pelan jatuh ke tangan Dedes, istrinya, dan Arok, panglima pasukannya. Akhirnya, Tunggul Ametung dikudeta dan mati di tangan Kebo Ijo, anggota pasukannya sendiri. 

Nasib tragis karena curiga berlebihan pun dialami oleh Hanun, raja bani Amon yang baru saja naik takhta menggantikan Nahas, ayahnya. Daud, yang merasa memiliki hubungan baik dengan Nahas, mengirimkan utusan untuk menyampaikan pesan bela sungkawa. Siapa sangka, itikad baik ini justru diterima dengan penuh kecurigaan. Hanun bahkan sengaja mempermalukan para utusan Daud. Perang pun pecah. Bani Amon kalah sehingga harus menanggung kerugian harta dan nyawa yang sebetulnya tidak perlu terjadi kalau saja Hanun tidak gegabah akibat kecurigaannya. 

Kewaspadaan memang perlu, apalagi mengingat banyaknya kasus kejahatan dan penipuan. Tetapi, jangan sampai kewaspadaan ini membuat kita menjadi curiga berlebihan kepada semua orang. Sikap ini dapat membuat kita merasa tidak tenang dan mengambil berbagai keputusan yang tidak bijak. Selain itu, ada orang-orang yang sebetulnya memang tulus, tetapi kita perlakukan dengan semena-mena gara-gara kecurigaan yang berlebihan.

WASPADA ITU PERLU, TAPI CURIGA BERLEBIHAN 
HANYA MENDATANGKAN KERUGIAN

 

Alison Subiantoro / RH