Bahasa Hati : Seperti apa itu ?

19 July 2018

Pasangan senior ini istimewa bagi saya. Sebut saja namanya Bapak Thomas dan Ibu Amanda. Dalam usia 90-an, Pak Thomas telah sangat berkurang pendengarannya. Alat bantu dengar pun tak sepenuhnya menolong. Tak jarang reaksinya hanya tersenyum karena tak sepenuhnya paham akan perkataan orang. Atau, ia bereaksi menyimpang dari topik pembicaraan. Hanya ada satu orang yang dengannya ia masih dapat berkomunikasi dengan tepat, yaitu Bu Amanda, istrinya. Kasih dan kebersamaan yang berlangsung sekian lama membuat mereka sanggup saling mengerti melampaui keterbatasan indra fisik. Di antara mereka berdua terjalin bahasa hati.

Waktu memang dapat mengikis habis segala kemampuan kita berkomunikasi. Ketika seseorang menjadi tua, bahkan uzur, segalanya menjadi berubah. Jari tak lagi lincah bermain di atas papan ketik. Tangan gemetar. Bibir enggan berucap. Telinga tak lagi tajam mendengar. Otak lamban menangkap informasi. Bahkan ada yang disergap penyakit pikun. Mungkin kita bertanya, bagaimana orang-orang seperti ini berkomunikasi dengan Tuhan?

Syukurlah, komunikasi kita dengan Tuhan tidak bergantung pada alat-alat, baik indra kita maupun perlengkapan elektronik, melainkan pada kasih. Kasih melampaui segala media. Kasih mengerti desah napas, gerak jari, getar bibir, dan titik air mata. Kasih itu menembus segala batas. Kasih itu kekal. Bahkan ketika semua media komunikasi rusak, kasih tetap tinggal di hati. Menjadi bahasa hati. Menjadi bahasa yang abadi.

MENJADI TUA BUKANLAH RINTANGAN UNTUK MENGASIHI TUHAN
SEBAB DIA MENGENAL BAHASA HATI

 

Pipi Agus Dhali / RH